English

Friday, November 25, 2022

Respon Setelah Abad ke-20

Respon Indonesia Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme Eropa.

 Berkuasanya bangsa Eropa, terutama bangsa Belanda, di Indonesia telah memengaruhi berbagai bidang kehidupan. Namun, hal itu juga menimbulkan reaksi dari bangsa Indonesia. Berikut ini kita akan mengulas respons bangsa Indonesia terhadap berbagai praktik imperialisme dan Lolonialisme bangsa Eropa yang meliputi berbagai bidang.

- Setelah Abad ke-20

Selain perlawanan-perlawanan yang bersitat d memasuki abad ke-20 di dalam tubuh bangsa Indonesia mula bermunculan perlawanan yang bersifat kebungsaan dan ba ferorganisa Polak etis yang dijalankan oleh Belanda memungkinkan masuknya paham-paham baru ke Indonesia dan membawa pembaruan di berbaga bidang kehidupan Pada abad ke-20, perlawanan bangsa Indonesia tidak dilakukan dengan cara peperangan atau kekuatan senjata. Dalam abad le-20 in perlawanan dilakukan melalui organisa-organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia Organisasi-organisasi ini memiliki beberg cir, yaitu sebagai berikut


A. Keanggotaannya tak berdasarkan atas suku tertentu 

b. Sebagian besar pemimpin organisasi pergerakan nasional to berasal dari kalangan terdidik yang memperoleh pendidiker Barat serta kelompok intelektual yang sudah bergaul dengan berbagai bunga, bak melalui sekolah di negeri Beland maupun yang telah menunaikan ibadah haj Berikut in alam kit bahan beberapa organisasi-organisasi yang bersite kebang tersebut

C. Organisasi-organisasi tersebut mempunyai tujuan yang a bagi kepentingan seluruh bangsa di bidang pendidikan, soal ekonomi budaya dan politik 

D. Organisasi-organisasi tersebut mem aham kebangsaan atau nasionalisme


Untuk lebih menyelami dan memahami perkembangan pergerakan nasional Indonesia marilah kita membahasnya berikut ini


a. Budi Utomo


Politikens banyak melahirkan golongan cendekiawan yang memadan pentingnya pendidikan dalam perjuangan menentang penjah. Namun hal ini berhambat oleh kemiskinan masyarakat Indonesia sehingga anak-anak Bumiputra mengalami hambatan dalam meraih pendidikan tinggi. Keadaan ini menimbulkan keprihatinan dr. Wahidin Sudirohusodo sehingga pada tahu 1906-1907, beliau bersama-sama siswa STOVIA di antaranya Sutomo dan Goenawan Mangunkusumo mengadakan perjalanan keliling Pulau Jawa untuk menghimpun dana pendidikan

Usaha ini mendapat simpati di kalangan masyarakat law Akhirnya, Sutomo dan kawan-kawan mendirikan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 bertempat di Jalan Abdurahman Saleh No. 20 Jakarta saat in Tujuan Budi Utomo adalah meningkatkan pengajaran bagi orang Jawa dan berusaha membangkitkan kembali budaya lawa. Hal ini mendapat banyak reaksi dari orang Belanda maupun kaum priayi Jawa. Sebagai contoh, para penentang Budi Utomo mendirikan Regent Bond Setia Mulya di Semarang, tetapi ada pula yang mendukung seperti Bupati Karang Anyar, yaitu Tirto Kusumo, Meskipun tujuan Budi Utomo masih samar-samar, namun hal ini tetap menarik banyak dukungan Anggota organisasi ini dalam waktu 6 bulan sudah mencapai ribuan orang, meskipun hanya terbatas dari Jawa dan Madura saja, Cabang cabangnya pun berdiri di Batavia/Jakarta, Bogor. Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya,dan Probolinggo.

Untuk mengonsolidasikan diri, pada bulan Oktober 1908 di Yogyakarta diselenggarakan kongres pertama Budi Utomo. Kongres ini menghasilkan beberapa keputusan, yaitu sebagai berikut.


1) Budi Utomo tidak ikut dalam kegiatan politik. 

2) Kegiatan diutamakan kepada bidang pendidikan dan budaya.


3) Cakupan organisasi dibatasi pada daerah Jawa dan Madura. 

Kongres juga memutuskan susunan pengurus yang diketuai oleh R.T. Tirtokusumo yang merupakan bupati Karang Anyar, dan pusat organisasi ditetapkan di Yogyakarta. Organisasi Budi Utomo disahkan oleh Belanda sebagai badan hukum karena organisasi ini dianggap tidak melibatkan diri dalam bidang politik. Dengan demikian, diharapkan organisasi ini dapat bergerak lebih luas dan kooperatif terhadap Belanda.

Harapan tersebut tidak tercapai karena lambannya gerak organisasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu sebagai berikut.

1) Adanya kesulitan keuangan.

2) Para bupati mendirikan organisasi sendiri.

3) Golongan terpelajar keluar dari keanggotaan.

4) Pendidikan golongan priayi lebih diutamakan daripada penduduk. 

5) R.T. Tirtokusumo lebih banyak memerhatikan reaksi Belanda daripada rakyat Indonesia.


Budi Utomo menerbitkan majalah bulanan Goeroe Desa. Organisasi ini akhirnya terseret dalam kegiatan politik, yaitu ketika terjadi Perang Dunia Itahun 1915. Untuk mempertahankan Indonesia diusulkan pembentukan Indiandsche Militie (milisi untuk bumiputra) dan Volksraad (dewan rakyat). Pada akhirnya organisasi ini tersisihkan oleh organisasi-organisasi nasionalis lainnya.



Pembuat : M. Barjan Bima

No comments:

Post a Comment